materi 15 dan 16 filsafat pendidikan
DIALOG ANTAR
ALIRAN ATAS PROBLEMA dan DILEMATIKA KEHIDUPAN MULTIDIMENSIONAL UNTUK
PENGEMBANGAN TEORI dan PRAKTEK
PENDIDIKAN di INDONESIA dan DUNIA
1. Tinjauan problema dan dilematika
pendidikan
Pengalaman diantara pengajar dalam
proses pembelajaran menunjukkan bahwa ada beberapa sekolah model pengajarannya
mengkondisikan muridnya disibukkan oleh kegiatan-kegiatan yang kurang perlu
seperti mencatat bahan pelajaran yang sudah ada dalam buku, menceritakan
hal-hal yang tidak perlu dan sebagainya. Sering pula ditemukan waktu kontak
antara guru dengan murid tidak dimanfaatkan secara baik, guru lebih suka
memaksakan kehendaknya dalam belajar muridnya sesuai keinginannya dan ada juga
guru untuk memudahkan kerjanya meminta salah seorang muridnya untuk mencatat
dipapan tulis kemudian murid lainnya mencatat apa yang dicata dipapan tulis dan
kegiatan-kegiatan lainnya yang kurang dan sebagainya.
Dilihat
dari segi pemanfaatan sumber daya, sering kali sarana dan prasarana proses
belajar mengajar dikelas, laboratorium, perpustakaan, dan ditempat praktek
kerja dengan berbagai alas an belum dimanfaatkan secara baik. Kelengkapan dan
fasilitas belajar tidak memadai dengan alasan anggaran yang tidak memadai
diantara guru tidak terampil menggunakannya, menajemen sekolah yang kaku, dan
sebagainya. Masalah lainnya dalah kepala sekolah yang tidak memanfaatkan
kegiatan yang ada untuk melakukan evaluasi tentang program pembelajaran. Kepala
sekolah tersebut membiarkan para guru menggunakan model mengajar yang telah
lama dilaksanakan atau bersifat rutin belaka, sehingga kepala sekolah tidak
mengetahui mana yang harus diperbaiki dan mana yang harus dikembangkan dalam program pembelajaran.
Seharunya
kepala sekolah mendorong para guru menggunakan model-model mengajar yang dapat
memberikan jaminan bahwa pembelajaran dilakukan atas dasar prinsip-prinsip
pedagogic. Dukungan kepala sekolah ini diwujudkan dalam bentuk fasilitas yang
diperlukan untuk program pembelajaran. Sejalan dengan pendapat tersebut, maka
pijakan utama bagi praktek pembelajaran yang bijak dari seorang pendidik yang
terlatih menurut Susan Issacs(1948) adalah memberikan suatu kerangka kerja yang
kokoh untuk control dan rutin serta bantuan nyata sesuai atuaran-aturan sosial,
namun tetap dengan kebebasan pribadi yang luas(Hinshelwood dalam Palmer
2003:11) artinya keterampilan guru dalam menggunakan sarana dan prasarana belajar secara optimal
sangat penting .
2. Pendidikan untuk manusia dan kemerdekaan
Filsafat pendidikan manusia yang
berhubungan dengan perbuatan moral mengarah pada peraihan kebahagaian seseorang
yang bernilai teleologis. Perilaku yang baik, yang identifikasi sebagai sesuatu
yang tereliasasikan dalam kehidupan yang bahagia menjadi relatif bagi setiap
pengembangan individu bahkan bersifat individualitas dan relatif.
Filsafat
pendidikan moral diarahkan pada tujuan utama pendidikan yaitu membina dan
mengembangkan tingkah laku yang mandiri,
berakhlak mulia dan bertanggung jawab. Tujuan filsafat pendidikan tentang
manusia mengarahkan pembentukan tingkah laku manusia yang rasional, diadaktif
dengan alam, salektif dengan perubahan, berjiwa refolmis, modernis, kritis, dan
progresif. Manusia diarahkan pada pembentukan pola kehidupan yang mandiri
dengan moralitas yang tinggi dan
universal, yaitu kebaikan yang tidak mengenal batas ruang dan waktu.
Pendidikan
dalam kemerdekaan dipandang belum mampu merubah moralitas bangsa mengapa
dekimian? Para pemikir moral banyak memberikan jawaban atas pertanyaan ini,
dalam filsafat pendidikan dipertanyakan nilai-nilai kebaikan dan keburukan,
kepantasan dan ketidakpantasan bagi perilaku manusia. Manusia sebagai perilaku
pendidikan dibentuk oleh filsafat pendidikan menjadi manusia yang bermoral.
3. Dialog antar aliran atas problema
dan dilematika kehidupan multidimensional
Berbagai pemikiran yang di tampilkan oleh masing-masing
aliran filsafat pendidikan bergulir bangunan epistemologi masing-masing.
Progresivisme umpamanya memiliki keyakinan ontologis bahwa manusia adalah
makhluk yang memeiliki kemampuan yang memadai secara potensial untuk menghadapi
dan mengatasi berbagai problem kehidupannya menuju suatu perkembangan yang
lebih baik dan lebih sempurna yang mengarah pada yang progres.
Pendidikan dalam hal ini di pandang
sebagai suatu motor bagi penumbuh kembangan kemampuan dasar subjek-subjek didik
ini agar fungsional dalam menghadapi dan memecahkan berbagai kesulitan hidup.
Dengan demikian, mereka akan memiliki kemandirian dalam pengambilan sikap berdasarkan
cara-cara logis dan dapat di pertanggung jawabkan secara ilmiah.
Daftar pustaka
Sagala
Syaiful. 2003. Konsep dan makna pembelajaran. Bandung : Alfabeta
Soegiono.
2012. Filsafat pendidikan teori dan
praktik. Bandung: PT Rosdakarya
Comments
Post a Comment