materi 12 kurikulum dan perencanaan: penusunan kurikulum PAUD



LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN KURIKULUM
       1. Need Assesment
a.       Pengertian Need Assesment
Need Asesment berkenaan dengan apa-apa yang dibutuhkan dalam pengembangan desain kurikulum. Kajian pendekatan yang berbeda terhadap penilaian kebutuhan ini, akan mengarahkan pada bagaimana menyiapkan, manyusun dan menggunakan informasi yang terbaik, dimana konteks pengembangan kurikulum secara spesifik dapat memenuhi kebutuhan individual dan kebutuhan lembaga itu sendiri. Teknik-teknik yang efektif dalam mengembangkan tujuan umum dan tujuan khusus dapat di susun selama fase analisis kebutuhan itu sendiri.
b.      Perlunya Need Assesment dalam pengembangan kurikulum
Need Assesment dalam pengembangan kurikulum sangat diperlukan. Menurut Olivia, “a curriculum need assesment is aprocess for identifying programmatic needs that must be addressed by curriculum planners”. Analisis kebutuhan digunakan untuk menilai dan mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan siswa dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum hakekatnya berorientasi pada kebutuhan siswa dan kebutuhan masyarakat, termasuk kebutuhan mata pelajaran.
Dalam sistem persekolahan need assesment diperlukan untuk menemukan kekurangan-kekurangan kurikulum yang menyangkut misalnya kerja sama komunitas sekolah dan pemahaman terhadap program-program sekolah untuk kemudian di perbaiki. Dalam istilah umum, need assesment atau disebut juga analysis berhubungan dengan akivitas yang meliputi pemerolehan informasi yang akan menjadi dasar bagi pengembangan kurikulum untuk memenuhi kebutuhan belajar, khususa kelompok siswa. Dengan kata lain, bahwa need assesment ini adalah bagian integral dari pembuatan kurikulum yang sistematik.
       2. SWOT Analysis
a.       Pengertian analisis SWOT
Kata analisis dalam kamus Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai proses pemecahan masalah atau permasalahan yang dimulai dengan dugaan akan kebenarannya dan dapat juga di artikan sebagai pengkajian terhadap suatu peristiwa (tindakan, hasil pemikiran, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. Adapun kata “SWOT” merupakan perpendekan dari Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Treaths yang dapat diterjemahkan menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Dengan demikian analisis swot dapat di definisikan sebagai sebuah strategi terobosan terbaru dalam dunia pendidikan untuk menuntaskan permasalahan atau hambatan-hambatan dalam lembaga pendidikan.
b.      Penerapan Analisis SWOT
Analisis SWOT juga merupakan sebuah strategi terobosan terbaru dalam dunia pendidikan untuk menuntaskan permasalahan atau hambatan-hambatan dalam lembaga pendidikan islam.
Keandalan analisis SWOT terletak pada kemampuan para penentu strategi organisasi (decision maker) untuk memaksimalkan kekuatan dan pemanfaatan peluang lembaga pendidikan. Harapannya jelas, yakni bertujuan untuk meminimalisasi kelemahan yang ada dalam internal lembaga pendidikan dan menekan dampak ancaman yang akan timbul dan harus dihadapi. Jika analisis SWOT dilakukan dengan tepat, maka upaya untuk memilih dan menentukan strategi yang efektif akan lebih membuahkan hasil sesuai dengan yang diinginkan.
Analisis SWOT ada empat titik penekanan yaitu:
·         Faktor kekuatan (Streng)
Faktor-faktor kekuatan dalam lembaga pendidikan adalah kompetensi khusus atau keunggulan-keunggulan lain yang berakibat pada nilai plus atau keunggulan komparatif lembaga pendidikan tersebut. Hal ini bisa dilihat jika sebuah lembaga pendidikan harus memiliki skill atau keterampilan yang bisa disalurkan bagi peserta didik, lulusan terbaik/hasil andalan, maupun kelebihan-kelebihan lain yang membuatnya unggul bagi pesaing-pesaing serta dapat memuaskan steakholder maupun pelanggan (peserta didik, orang tua, masyarakat, dan bangsa).
Bagi sebuah lembaga pendidikan sangat penting untuk mengenali terhadap kekuatan dasar lembaga tersebut sebagai langkah awal atau tonggak menuju pendidikan yang berbasis kualitas tinggi. Mengenali kekuatan dan terus melakukan refleksi adalah sebuah langkah besar untuk menuju kemajuan bagi lembaga pendidikan islam.
·         Faktor-faktor kelemahan (weaknesses)
Segala sesuatu pasti memiliki kelemahan adalah hal yang wajar tetapi yang terpenting adalah bagaimana sebagai penentu kebijakan dalam lembaga pendidikan bisa meminimalisir kelemahan-kelemahan tersebut atau bahkan kelemahan tersebut menjadi satu sisi kelebihan yang tidak dimiliki oleh lembaga pendidikan lain. Kelemahan ini bisa dalam kelemahan dalam sarana dan prasarana, kualitas atau kemampuan tenaga pendidik, lemahnya kepercayaan masyarakat, atau usaha dan industri dan lain-lain.
·         Faktor Peluang (Opportunities)
Peluang adalah suatu kondisi lingkungan eksternal yang menguntungkan bahkan menjadi formulasi dalam lembaga pendidikan. Situasi lingkungan tersebut misalnya:
a.       Kecendrungan penting yang terjadi dikalangan peserta didik
b.      Idntifikasi suatu layanan pendidikan yang belum mendapat perhatian
c.       Perubahan dalam keadaan persaingan
d.      Hubungan dengan pengguna atau pelanggan dan sebagainya.
·         Faktor ancaman (Treaths)
Ancaman merupakan kebalikan dari sebuah peluang, ancaman meliputi faktor-faktor lingkungan yang tidak menguntungkan bagi sebuah lembaga pendidikan. Jika sebuah ancaman tidak menjadi sebuah penghalang atau penghambat bagi maju dan peranannya sebuah lembaga itu sendiri. Contoh ancaman tersebut adalah : minat peserta didik baru yang menurun, kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pendidikan tersebut dan lain-lain.
          3. Penentuan Tujuan, Content, activity
Tujuan pendidikan secara umum adalah menyiapkan dan menghasilkan sarjana yang mempunyai kemampuan akademik dalam menerapkan, mengembangkan dan/atau memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS) serta menyebarluaskan dan mengupayakan pemanfaatannya untuk kepentingan pembangunan dan dunia usaha, serta meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Kurikulum aktivitas (activity curriculum) disebut juga kurikulum proyek atau kurikulum pengalaman. Kurikulum ini pertama kali di perkenalkan di amerika serikat melalui sekolah percobaan yang di pimpin oleh John Dewey 1897 di Chaniago perbedaan antara kurikululm subjek matter dan activity curriculum adalah program pendidikan ditujukan perhatiannya pada anak (child centre) bukan subject centre, belajar bersama merupakan hasil usaha perhatian bersama, tidak ada pererncanaan yang mendahului, namun guru tetap bertanggung jawab terhadap beberapa tugas penting yang menuntu perencanaan.
         4. Evaluasi
Evaluasi kurikulum merupakan salah satu komponen kurikulum yang dikuasai oleh guru sebagai pelaksana kurikulum. Bagian-bagian berikut dari modul ini akan difokuskan pada uraian tentang evaluasi dalam fase pengembangan kurikulum. Sebagai seorang guru anda tentunya harus memahami betul mengapa suatu kurikulum harus dievaluasi dan apa yang menjadi tjuan dari evaluasi kurikulum.
Tujuan evaluasi kurikulum, diadakannya evaluasi di dalam proses pengembangan kurikulum dimaksudkan untuk keperluan:
a.       Perbaikan program
b.      Pertanggung jawaban kepada berbagai pihak
c.       Penentuan tindak lanjut hasil pengembangan















Daftar pustaka
Sukartiwi. 1995. Monitoring dan Evaluasi Proyek Pendidikan. Jakarta :Pustaka Jaya
Nana Sudjana.1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung :PT Sinar Baru

Comments

  1. Apakah penerapan analisis SWOT harus ada dalam penyusunan kurikulum, coba jelaskan!

    ReplyDelete
  2. Coba berikan contoh , penentuan tujuan, content activity dalam langkah langkah penyusunan kurikulum tersebut ??

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

materi 14 filsafat pendidikan : intelektualisme dan spiritualisme

materi 15 kurikulum dan perencanaan: cara evaluasi kurikulum PAUD

materi 15 dan 16 filsafat pendidikan