materi 8-11 filsafat pendidikan : aliran-aliran dalam filsafat pendidikan



Aliran-aliran dalam filsafat pendidikan:
1.        Aliran Progresivisme
a.        Latar Belakang
Secara bahasa Progresivisme diartikan sebagai aliran yang menginginkan kemajuan secara cepat. Dalam filsafat pendidikan, progresivisme merupakan aliran yang menekankan bahwa pendidikan bukanlah sekedar upaya dalam pemberian pengetahuan saja kepada subjek didik,  tetapi juga berisi beragam aktivitas yang mengarah pada pelatihan kemampuan berfikir mereka secara menyeluruh.
(dikutip dalam buku Muhmidayeli. 2011. Filsafat Pendidikan. Bandung: PT Refika Aditama. Hal: 151)
Aliran prgresivisme ini beranggapan bahwa kemampuan inteligensi manusia adalah sebagai alat untuk hidup, untuk kesejahteraan dan untuk mengembangkan kepribadian manusia. (Muhammad Noor Syam, 1987:228-229).
Progresivisme berpandangan bahwa manusia harus selalu maju (progress) bertindak konstruktif, inovatif, reformatif, aktif dan dinamis. Sebab manusia mempunyai naluri selalu menginginkan perubahan-perubahan.
Progresivisme mempunyai konsep yang didasari oleh pengetahuan dan kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi dan mengatasi masalah-masalah yang bersifat menekan atau mengancam adanya manusia itu sendiri. (dikutip dalam buku Imam Barnadib. 2013. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Ombak. Hal: 26)
b.        Tokoh dan pengaruhnya dalam pendidikan 
1.      William James
William James, Lahir di New York, 11 Januari 1842 dan meninggal di Choruroa,New Hemshire, 26 Agustus 1910. Beliau adalah seorang psikolog dan filsuf Amerika yang sangat terkenal. Paham dan ajaannya, juga kepribadiannya, sangat berpengaruh dibberbagai negara Eropa dan Amerika.,
2                 2. John Dewey
John Dewey, lahir di Burlington, Vermont, pada 20 Oktober 1859 dan meninggal di New York 1 januari 1952. Ide filsafatnya yang utama berkisar dalam problema pendidikan yang konkret , baik teori atau teori.
c.       Strategi Progresivisme
Strategi Progresivisme menuntut kepada para penganutnya untuk selalu maju , bertindak secara konstruktif, inovatif, reformatif, aktif dan dinamis. Sebab naluri manusia selalu menginginkan perubahan-perubahan. Manusia tidak mau hanya menerima satu macam keadaan saja tetapi juga ingin hidupnya tidak sama dengan  masa sebelumnya. Namun demikian filsafat progresivisme menaruh kepercayaan terhadap kekuatan alamiah manusia, kekuatan yang diwarisi manusia sejak lahir. 

d.        Pendidikan 
Aliran prgresivisme memandang bahwa pendidikan merupakan suatu proses perkembangan, sehingga seorang pendidik mesti selalu siap untuk senan tiasa memodifikasi berbagai metode dan strategi dalam pengupayaan ilmu-ilmu pengetahuan terbaru dan berbagai perubahan yang menjadi kecendrungan dalam suatu masyarakat. Progresivisme juga berpendapat bahwa pendidikan mestilah dimaknai sebagai sebuah proses yang dilandaskan pada asas pragmatis, dengan begitu pendidikan bertujuan untuk memberikan pengalaman empiris kepada anak didik sehingga terbentuk pribadi yang selalu belajar dan berbuat. Pendidik progresiv selalu melatih anak didiknya untuk mampu memecahkan masalah-masalah yang ada dalam kehidupan. Oleh karena itu, anak didik progresif mesti selalu mampu menghubungkan apa yang ia pelajari dengan kehidupannya. (dikutip dalam buku Muhmidayeli. 2011. Filsafat Pendidikan. Bandung: PT Refika Aditama. Hal:156 )
e.         Potret Guru Progresivisme
Guru pada aliran progresivisme adalah sebagai orang yang mengarahkan, membimbing, sebagai fasilitator, serta sebagai motivator yang memberi nasihat jika salah kepada anak, dalam aliran progresivisme tidak ada guru yang otoriter dan guru bukan pemegang kekuasan penuh di dalam kelas. 

2.  Aliran Perenialisme
a.         Latar Belakang
Pada zaman modern sekarang ini banyak bermunculan krisis diberbagai bidang kehidupan manusia terutama dalam bidang pendidikan. Untuk mengembalikan keadaan tersebut perenialisme  memebri jalan keluar, yaitu dengan mengembalikan pada kebudayaan pada masa lampau yang dianggap cukup ideal dan teruji ketangguhannya. Untuk itu, pendidikan harus lebih banyak mengarahkan perhatiannya pada kebudayaan ideal yang tangguh. (septian aji. 2013:107-108)
b.        Tokoh dan pengaruhnya dalam Pendidikan 
Menurut  Septian Aji Pernama, 2017 :100. Ada beberapa tokoh aliran perenialisme dan pandangannya.
1)        Plato
2)        Aristotels
3)        Thomas Aquina
c.         Strategi Perenialisme
Menurut Jalaluddin dan Abdullah Idi.2013:114. Perenialisme lebih cenderung pada subjek centerd dalam kurikulum maupun dalam metode daan pendekatan yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Dalaam kurikulum akan terlihat materi yang mengarahkan pada kepentingan dan kebutuhan subjek didiknya dalam menumbuhk kembangkan potensi berfikir, kreatif yang dimilikinyaa, sedangkan dalam metode pembelajaran perenialisme mengutamakan metode yang selaalu memberikan kebebasan berfikir peserta didik baik melalui metode diskusi, problem solvig, penelitian dan penemuan.
d.        Pendidikan
Menurut aliran perenialisme , ilmu pengetahuan merupakan filsafat yang tertinggi karena dengan ilmu pengetahuan lah seseorang dapat berfikir secara induktif , jadi dengan berfikir maka kebenaran itu akan dapat dihasilkan. 
1.        Tentang kurikulum perenialisme merupakan alat untuk mengembangkan akal dan memori. Kurikulum juga meliputi pengalaman langsung maupun tidak langsung
2.        Tentang belajar pandangan perenialisme

Disini guru meminta siswa untuk mencari tahu sendiri jawaban dari masalah atau pertanyaan yang timbul dari awal pembelajaran, karena guru berfikir dengan mendapatkan sendiri jawaban nya siswa akan lebih mengingat materi pelajaran.
e.         Potret Guru
Menurut Jalaluddin dan Abdullah Idi. 2013:113.   Di sini  Guru sebagai orang yang memiliki otoritas keilmuan tertentu yang siap membimbing dan mengarahkan kemampuan intelektual dan spiritual anak didik. Jadi tugas utama guru adalah memberikan pendidikan dan pengajaran (pengetahuan) kepada anak didiknya. Sehingga dengan hal tersebut anak akan meraih keberhasilan dalam mengembangkan pikiran atau akalnya pada suatu bidang tertentu.

3. Aliran Esensialisme
a.      Latar belakang
Berbeda dengan aliran progresivisme yang berpendapat bahwa tidak ada yang sifatnya universal bahwa disamping adanya perubahan juga ada yang sifatnya abadi, tetap sepanjang zaman, yaitu berupa esensinya sesuatu, intinya sesuatu, hakikat sesuatu yang tidak berubah. (dikutip dalam buku Soegiono. 2012. Filsafat Pendidikan. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA hal:116)
Esensialisme merupakan aliran pendidikan yang didasarkan pada  nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. (dikutil dalam buku Jalaluddin dan Abdullah. 2013. Filsafat Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press. Hal: 95)
Filsafat ini berdasarkan filsafat konservatif bahwasanya sekolah tidak dapat mengubah masyarakat yang radikal. Sekolah seharusnya mengajarkan nilai-nilai moral tradisional dan pengetahuan agar siswa kelak menjadi warga negara teladan.

b  b.  Tokoh dan Pengaruhnya dalam Pendidikan
1.         Desiderus Erasmus
2.         Jihan Amos Comenius (1952-1670)
3.         John Locke (1932-1704)
4.         Johann Henrich Pestalozzi (1746-1827)
5.         Immanuel Kant
6.         John Frederich Froabel
7.         Schopenhauer
8.         Libneiz

c   c.  Strategi Aliran esensialisme
Ada beberapa strategi dalam aliran esensialisme yang dapat dijadikan sebagai acuan diantaranya:
1) Pendidikan harus dilakukan melalui usaha keras, karena pendidikan tidak begitu saja timbul dari dalam diri siswa.
2) Inisiatif dalam pendidikan ditekankan pada guru bukan pada siswa.
3) Inisiatif proses pendidikan adalah asimilasi dari mata pelajaran yang telah ditentukan.
4) Sekolah harus mempertahankan metode-metode trasdisional yang bertautan dengan disiplin mental.
5) Tujuan akhir pendidikan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan umum merupakan tuntutan demokrasi yang nyata.
6) Metode-metode tradisional yang bertautan dengan disiplin mental merupakan metode-metode yang diutamakan dalam proses pendidikan di sekolah.

d    d. Pendidikan
Esensialisme percaya bahwa pendidikan harus didasarkan pada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada pada saat peradaban umat manusia. Kebudayaan yang mereka wariskan kepada kita hingga sekarang, telah teruji oleh zaman kondisi dan sejarah. Kebudayaan demikian, ialah asensia yang mampu pula mengemban hari kini dan masa depan umat manusia. (dikutip dalam buku Noor Syam Muhammad. 1986. Filsafat Kependidikan dan Dasar Filsafat Kependidikan Pancasila. Surabaya: Usaha Nasional. Hal 260)
Kurikulum dalam pandangan esensialisme adalah kurikulum yang kaya, bertingkat dan sistematis yang didasarkan pada suatu kesatuan pengetahuan yang tidak terjabarkan lagi, pada sikap yang berlaku pada suatu kebudayaan demokratis.
e    e.  Potret Guru Esensialisme
Guru memegang peran lebih khusus, di mana guru dianggap sebagai seorang yang menguasai lapangan, subjek khusus dan merupakan model yang baik untuk digugu dan ditiru. Guru merupakan orang yang mengusai pengetahuan, ilmu. Dalam pendidikan formal, kelas berada di bawah pengaruh dan pengawasan guru (Barnadib, 1997).





Daftar pustaka
Jalaluddin, dkk. 2013. Filsafat Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Soegiono,dkk. 2012. Filsafat Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Noor Syam Muhammad. 1986. Filsafat Kependidikan dan Dasar Filsafat Kependidikan Pancasila. Surabaya-Indonesia: Usaha Nasional.
Muhmidayeli. 2011. Filsafat Pendidikan. Bandung: PT Refika Aditama.
Barnadib Imam. 2013. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta:Ombak. 

Comments

Popular posts from this blog

materi 14 filsafat pendidikan : intelektualisme dan spiritualisme

materi 15 kurikulum dan perencanaan: cara evaluasi kurikulum PAUD

materi 15 dan 16 filsafat pendidikan